Sabtu, 11 Juni 2016

Trilogi Pelajar (Belajar, Berjuang, Bertaqwa)


By on 23.40

Trilogi Pelajar (Belajar, Berjuang, Bertaqwa)
Oleh : Edi Hermawan
Tentunya sudah tidak asing lagi bagi seluruh kader Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) ketika mendengar Trilogi Pelajar, yaitu Belajar, Berjuang dan Bertaqwa. Trilogi tersebut merupakan motto atau semboyan semangat juang generasi muda NU dalam mengibarkan panji-panji IPNU dan IPPNU.
Belajar, berjuang dan bertaqwa merupakan kata dasar yang sepele. Namun di balik semua itu, trilogi ini jika di fahami sangat lah Universal dan jika di kaji maka sangat mendalam kajiannya. Trilogi yang selalu menjadi pedoman bagi pelajar NU dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai Kader Muda NU untuk mempersiapkan diri menjadi penerus perjuangan para ulama. Maka sangat tidak baik jika sampai kader muda NU tidak memahami arti dari sebuah trilogi tersebut.
Pertama, kader muda NU dibekali dengan kata Belajar. Penempatan kata yang sangat tepat didahului kata Belajar. Kenapa bukan Berjuang terlebih dahulu?
Sangat tidak rasional seseorang akan berjuang tanpa terlebih dahulu belajar. Apa yang akan diperjuangkan?.  Zaman akhir ini perjuangan bukan lagi dengan memegang senjata seperti para pejuang terdahulu,  akan tetapi berjuang melawan moral.
Kembali pada kata Belajar, definisinya pastinya sudah mengerti, tuntutlah ilmu walau di antaramu dan antara ilmu terdapat lautan api  “Uthlubul Ilma Walau Bainaka Wabainahu Bahrun Minannar”. Namun d isini kami akan membahas cara Belajar di dalam organisasi IPNU IPPNU untuk mencapai kader yang sesuai dengan harapan NU.
Kedua, setiap kader belajar untuk memahami karakter anggotanya, karena di dalam organisasi berkumpul bermacam jenis karakter seseorang, yang nantinya disatukan pemikirannya dalam satu visi yang sama.
Terutama pada sikap seorang Ketua yang memimpin anggotanya, sudah barang tentu harus bijaksana dalam mengambil keputusan, memahami dan menerima semua pendapat dimana loyalitas ketua harus memperhatikan loyal ke atas, loyal ke samping dan loyal ke bawah.
Meskipun seorang ketua pada dasarnya di dalam Banom NU yang paling dasar yaitu IPNU IPPNU, tidak ada seorangpun yang merasa paling menguasai. Konteksnya disini masih tahap belajar, tidak ada yang merasa paling benar atau pun disalahkan.
Terkadang beberapa kader terbawa nafsu amarahnya, yang akhirnya munculah sifat arogansi karena  merasa memiliki jabatan yang tinggi. Maka kepemimpinan seseorang tersebut belum sesuai dengan kader NU yang sebenarnya. Setiap kader harus pandai dalam merawat dan menjaga anggotanya.
Ketiga, belajar dari sejarah dan problematika yang berkembang pada bangsa dan negara, terlebih pada lingkungan setempat.
Kelemahan dan kemunduran kader muda NU juga karena kurangnya wawasan pada setiap individu. Melemahnya wawasan tersebut karena malas atau tidak tertarik lagi dalam membaca sejarah dan keingintahuan mengenai tentang IPNU, IPPNU, NU, problematika negara dan sebagainya.
Zaman sekarang sudah tidak sulit dalam mencari informasi atau pengetahuan yang lain, karena fasilitas internet sudah sangat efektif menjadi kendaraan seseorang dalam mengetahui berbagai informasi dan ilmu pengetahuan.
Kegemaran dalam membaca buku-buku juga saat ini sudah mulai tidak dilirik, yang akhirnya banyak kader yang pandai berbicara akan tetapi tidak berbobot penyampaiannya karena kuarangnya ilmu pengetahuan yang dimiliki.
Faktor yang lain, tradisi ngopi bareng plus udud. Kebiasaan yang dilakukan kebanyakan warga NU dalam tukar pikir dan sharing ilmu. Kebiasaan ini sudah sering dilakukan para senior dan pembina, sambil moci diskusi kecil-kecilan, tidak lain membahas seputar organisasi dan perkembangannya.
Akan tetapi saat ini sudah mulai tidak diikuti. Salah satu contoh ketika sowan kepada ulama, pengurus NU, pembina, duduk belum ada 1 jam sudah mulai merasa gelisah. Heran, padahal ketika pengurus IPNU IPPNU rapat atau sekedar berkumpul bisa berjam-jam, harus dapat dipilah seharusnya, dimana duduk bersama orang-orang yang lebih tinggi atau sepuh banyak ilmu yang didapatkan dari pengalaman-pengalaman beliau.
Kata Semboyan berikutnya adalah Berjuang. Saya ingat betul ketika Abah KH Amhad Ubaidillah Muzakki yang merupakan pengasuh Ponpes Mafatikhul Huda Sendangasri mengatakan, “Jika kamu ingin menjadi orang besar harus memulainya dari bawah dalam memperjuangkan semua cita-citamu dan kamu harus memperjuangkan faham Aswaja yang telah diwariskan oleh Pendiri NU. Jika begitu yakinlah hidupmu akan mulya di kemudian hari.”
Begitulah kurang lebihnya yang beliau sampaikan. Sebuah motivasi untuk setiap kader IPNU IPPNU dalam mengawal Aswaja di Nusantara khususnya dan Internasional pada umumnya. Penempatan yang sangat tepat, kata berjuang diletakan setelah Belajar, bila tanpa didasari dengan ilmu yang kita miliki, lalu apa yang akan diperjuangkan.
Hasil daripada perjuangan yang sudah dikerjakan hasilnya akan terlihat antara berjuang yang didasari ilmu (pengetahuan dan akhlaq) dengan yang tidak, atau juga berbeda antara yang hanya menggunakan pengetahuan saja tanpa akhlaq (ta’dhim, tawadhu, dll) dengan yang menggunakan akhlaq, masih lebih baik yang menggunakan akhlaq meskipun pengetahuannya kurang, karena dengan akhlaq akan selalu menerima dan membuka diri dari masukan-masukan orang lain.
Dalam berjuang setiap kader tentunya sudah siap menerima berbagai masalah. Dan yang lebih berat ketika menghadapi masalah internal, karena bila internal (pengurus dan anggota) sampai terpecah, lalu bagaimana kita berjuang menghadapi masalah eksternal (Kelompok radikal atau permasalahan bangsa negara). Menjaga kondisi kader untuk tetap berada pada garis perjuangan saja sudah sangat berat sekali, belum sampai ke doktrin untuk dicetak militansinya.  Harus dengan etika yang baik, cerdas, sabar dan tawakal dalam menjaga dan merawat kader.
Terakhir adalah Bertaqwa. Sesuai dengan definisinya, yaitu menjalankan semua perintah Allah SWT dan menjahui segala larangan-laranganNya. Semua yang mengatur bumi dan langit adalah Allah SWT,  termasuk perjuangan seseorang didalam organisasi, dari masalah sampai hasil adalah sepenuhnya Ketentuan Allah SWT.
Pada akhirnya tertuang dalam sebuah hadist “ Al Imanu Nguryanun Walibasuttaqwa wazinatul haya wastamrotul Ilmi “ yang demikian untuk menjadi pegangan seseorang dalam kehidupan ini agar selalu sabar dalam menyikapi permasalahan yang terjadi, ikhlas dalam berjuang, tawakal dari ikhtiar yang sudah dilakukan.
Insya Allah bila perjuangan dilandasi ketaqwaan, Allah SWT akan selalu memudahkan dalam setiap permasalahannya dan mencukupi segala kebutuhan hambaNya.
Pelajar NU diperkenalkan dengan Trilogi ini agar kiranya menjadi sebuah pemikiran dasar bagi seorang pelajar agar memahami diri sendiri dalam semua komponen bahwa sepandai pandainya manusia akan ternilai dari seberapa besar dia dalam mengimplementasi trilogi pelajar dalm kehidupan Sehari. Wallahualam.
(Penulis adalah Ketua PC IPNU Lampung Tengah periode 2013-2016)

About Syed Faizan Ali

Faizan is a 17 year old young guy who is blessed with the art of Blogging,He love to Blog day in and day out,He is a Website Designer and a Certified Graphics Designer.

0 komentar:

Posting Komentar